Indonesia, Bukan Negara Islam!

Ribut lagi, ribut lagi! Kayaknya bangsa ini gak ada capek-capeknya. Belum lagi selesai satu masalah (baca: kenaikan BBM), bentrok sesama muslim kembali terjadi. Monumen Nasional (Monas) menjadi saksi retaknya harmoni bangsa ini.

Kapan sih Indonesia bisa tenteram dan damai? Apakah bangsa ini memang sengaja ”diciptakan” hanya untuk menyaksikan kegetiran demi kegetiran yang dilakukan rakyatnya sendiri?

BBM naik, barang ikut naik. FPI bentrok dengan AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan). Hmmmm.....

Sepengetahuan saya (maaf kalau salah, tolong dikoreksi), bentrokan-bentrokan yang mengemuka di dalam bangunan peradaban bangsa ini selalu menempatkan umat Muslim sebagai tokoh utamanya. Insiden Monas 1 Juni silam itu salah satunya!

Sangat ironis jika membayangkan bentrokan sesama Muslim ini menjadi titik awal retaknya persatuan dan kesatuan bangsa ini. Sekecil apapun, potensi itu tetap ada.

Maka kemudian yang menjadi pertanyaan terbesar saya adalah, apakah bangsa ini memang sedang mengarah dan menjadi Negara Islam? Jika memang itu yang terjadi, untuk apa negara menjamin kebebasan beragama? Mudah-mudahan itu hanyalah sebuah pemikiran yang salah!

Mungkin perlu ditegaskan kembali, bangsa ini terdiri dari beberapa agama. Bukan hanya Islam, walaupun Indonesia memang didominasi oleh umat Muslim! Dan ada baiknya pula, ketika mengambil suatu tindakan —apalagi yang bersentuhan dengan perilaku anarkis— mereka harus memandangnya sebagai sebuah persoalan bangsa yang lebih luas dan lebih mengedepankan nilai-nilai moral sebagai bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi dan keberagaman. Kita, rakyat Indonesia perlulah lebih ikhlas memandang sebuah permasalahan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Tiba-tiba saja saya kembali teringat pada sebaris kalimat pamflet yang (bagi saya) dapat menjadi pondasi kita dalam memandang setiap permasalahan secara lebih bijaksana: Karena kita sudah sepakat berdemokrasi, maka sesungguhnya kita pun tak bermasalah dengan perbedaan. Ah, ternyata kita memang belum siap menerima keberagaman dan perbedaan sebagai sebuah kenicayaan di negeri ini!

Sebuah ocehan ngelantur atas Insiden Monas, 1 Juni 2008.
Tiba-tiba saja, otak dan tangan saya ikut bertikai saat membuat celotehan ini.

Lihat Tulisan Lainnya:



8 komentar sahabat:

Mike.... mengatakan...

sedih juga dgn perkembangan negeri ini bbrp tahun belakangan

Mama Shahira dan Syafiq mengatakan...

Miris ya liat kondisi Indonesia sekarang ini... apa ini dampak dari kesulitan ekonomi juga..?

Gun mengatakan...

emang menyedihkan negara kita...padahal negara kita adalah negar apaling kaya, puny aiklim yang paling bagus, dan merupakan negara pilihan dari yang Maha Kuasa..tapi SDM masih sangat rendah...dan mempertahankan ego masing2...

Yuuk kita cari solusi bareng2

P-e-a-c-e

Anonim mengatakan...

yang melakukan tindakan tidak pantas itu harusnya yg tidak pnya agama. karena mereka tidak pernah mikir dampak kedepannya

Miss G mengatakan...

Setiap baca entry ini tuh saya kagum sama keberaniannya untuk mengatakan apa yang sebenarnya adalah fakta, faktanya: Indonesia bukan negara Islam, berapa banyak siy yg berani ngomong eh nulis begini? Harusnya lebih banyak sehingga sebagian kecil (sebenernya kecil loh tp militan dan fanatik ga karu2an) plus bermoncong besar dan suka bawa pentungan kemana2 untuk melabrak orglain yang tdk sepaham dengan mereka tsb itu ga bisa mengira bahwa apa yg mereka klaim itu bener... (^_-)

Kemala Astika mengatakan...

tau gak?
si Tuhan sedang disampingku sambil menikmati secangkir kopi hangat. Dia nya cuma gelemg-geleng melihat orang-orang berlomba membela namanya sambil membunuh orang lain.
Dia berkata, "Yang pantas masuk neraka itu adalah orang yang merekayasa kerusuhan ini. Mungkin dia dulu orang teater yang kagol gak bisa jadi bintang sinetron"

hihihihihi.

bamby and gac mengatakan...

halo. saya juga merasa muak, mengapa ukuran untuk mencari pembenaran adalah masyarakat Muslim secara luas? Padahal di Indonesia ada masyarakat TiongHoa, ada masyarakat non-beragama, semua seperti dianggap bukan siapa-siapa. Akhirnya sesama Muslim pecah dan ribut sendiri-sendiri. Benar-benar lucu dan menggelikan.

Anonim mengatakan...

wah, saya juga sebal sama orang yang nyatanyata membela agama tapi suka mengatasnamakan tuhan.

Posting Komentar

 
Wendra Wijaya

Buat Lencana Anda