Pungli, Pungli, Pungli!

Kejadian ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi. Tapi saya meyakini, sampai detik ini, perilaku pungli (pungutan liar) masih marak terjadi di lahan-lahan basah setiap wilayah. Pelabuhan Gilimanuk salah satunya. Gerbang barat Pulau Bali ini memang “dikenal” sebagai lahan pungli bagi oknum petugas pelabuhan, termasuk para Satpol PP pemeriksa tiket para penduduk yang akan masuk ke Bali.

Berbicara pungli, saya kembali teringat sebuah film dokumenter “Bali yang Lain” yang disutradarai Dwitra J. Ariana alias Dadap. Dalam film berdurasi 55 menit tersebut, terlihat jelas perilaku pungli yang dilakukan oknum Satpol PP di lokasi pemeriksaan KTP. Peristiwa pungli di Pelabuhan Gilimanuk ini tentu hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi di seluruh Indonesia. Apa penyebab perilaku pungli tersebut hingga masih tetap berakar dan memberi warna dalam sejarah perjalanan peradaban bangsa ini?

Jika dicermati, andil terbesar (bukan kesalahan) dalam perilaku pungli sebenarnya adalah masyarakat yang menjadi “korban” pungli itu sendiri. Kenapa? Kita harus jujur, kesadaraan masyarakat terhadap hukum yang ditetapkan masihlah rendah. Maka tak salah pula jika kemudian terlontar selentingan bahwa sejatinya hukum atau aturan itu dibuat hanya untuk dilanggar!

Apa makna dari selentingan tersebut? Kita (termasuk saya) sebagai masyarakat memang belumlah iklas dalam menerima aturan tertulis meski telah dilandasi hukum yang kuat. Pungli merupakan salah satu “karya” manusia yang sangat sulit diberantas karena (mungkin) telah membudaya. Jadi dalam hal ini, siapa yang patut dipersalahkan?

Salah dan benar tentunya menjadi sesuatu yang relatif. Ini sangat tergantung bagaimana sudut pandang kita dalam melihat sesuatu. Tapi bagi saya, kitalah yang salah, baik pelaku pungli maupun “korban” pungli itu sendiri. Karena disadari atau tidak, kitalah yang sesungguhnya membuka celah perilaku pungli itu sendiri. Sangat tidak bijak jika kita kemudian mencari-cari kesalahan orang lain apabila kita sendiri melakukan hal yang sama. Padahal sejatinya, kita memiliki kemampuan untuk menekan perilaku itu. Dalam hal ini, “korban” pungli sendiri harus memiliki keberanian lebih dalam menentang godaan untuk meluruskan perilaku tersebut.

Ya, kita memang harus mulai berusaha dan membiasakan diri untuk menumbuhkan keiklasan di dalam menerapkan hukum yang ada. Secara tak langsung, ini akan menutup kemungkinan perilaku pungli oleh oknum-oknum yang memiliki wewenang dan kekuasaan. Bukankah celah dan kesempatan itu yang menjadi penyebab utama timbulnya perilaku pungli di dalam bangunan peradaban bangsa ini? Sebisa mungkin, mari kita tutup celah itu dengan selalu menaati aturan yang ada! Dengan cara itu, lambat laun pungli dapat ditekan atau bahkan dihilangkan dalam kehidupan sosial masyarakat bangsa ini. Semoga!

Lihat Tulisan Lainnya:



39 komentar sahabat:

Riri mengatakan...

bunda pertamaaxx
BTW, bunda waktu klas 1 SD dulu suka dimintain uang jajan sama kakak kelas (Termasuk pungli yach? ) Bayangkan dulu bunda SD jaman tahun berapa? Jadi pungli itu udh lamaaaa bggt adaaaa

Gun mengatakan...

Jovie..Keduaxxxx,
Belom koment dulu yah..Maaf-Maaf...Sibuk nih...
******************************************
nanti koment lagi kalo udah baca....Peace Man..!!

Anonim mengatakan...

Wah, kayanya emang pungli ini udah membudaya dan sulit banget untuk diberantas ya...
Kok bisa2nya turun temurun gak habis2 kebiasaan buruk kaya gitu?

ebleh 182, Indonesia blogger mengatakan...

Memang uang benar-benar bisa buat buta segalanya. Yang haram bisa jadi halal. Jadi, aku nyimpulin pungli ada karena uang. Tapi wendra nggak ikut2an PUNGLI kan? :)

Mike.... mengatakan...

pungli emang dah jadi budaya bro..termasuk pungli itu tukang2 parkir itu gak?gw sering bermasalah ama tukang2 parkir liar neh..

Anonim mengatakan...

ya, bener tuh wen. setubuh! (hiperbolis dari setuju)

setiap perbuatan yang melibatkan 2 pihak, disitulah masing2 mempunyai peran.dalam kasus ini, disatu sisi si penarik pungutan dengan enaknya mengambil untung sementara si pemberi pungutan membuka kesempatan seluasluasnya dan me'lestarikan'hubungan ini...

jadi apa yang harus kita lakukan?

Anonim mengatakan...

pungli itu semacam rayap yang mengigiti pondasi pondasi rumah kayu kita....seep setuju Suhu. mencerahkan. kali2 aja ada pemungli yang baca tulisan ini, biar bs langsung nyadar

Azwar mengatakan...

BiQin KTP juga aku harus bayar lebih, yang seharusnya dibawah rata2 ini kok malah di atas KERTAS yang bertuliskan BAYAR 85 ribu biar CEPAT.. BUSYETT DAHH pungli emang harus di berantas tidak hanya dengan berbicara, tapi melakukan!

Anonim mengatakan...

pungli? napa musti ada???? napa???? kasihan yg dipungut tau... he..he...

Madong Arizona mengatakan...

daripada dipersulit oleh oknum2 yg suka pungli,

gpp dech jadi korban pungli, asal gk keterlaluan yg diminta,..

-- mengatakan...

Kebiasaan memang sulit untuk dihilangkan tapi bukan berarti tidak bisa... Ayo kita berusaha sedikit demi sedikit membiasakan yang baik :)

Anonim mengatakan...

yah semoga PUNGLI bisa musnah!!!

salah benar itu tipis broth, qt menganggap salah bagi mereka itu benar. nice post :)

Gun mengatakan...

Pungli sekarang kebanyakan Berdasi dan punya jabatan lhoo..
kita biasa menyebutnya "pengemis berdasi" itu dimana aja ada terutama di airport...
bener2 gak menyenangkan..tapi itu udah jadi cara mereka mencari nafkah...

mungkin mereka nyaman kali yah dapet rejeki dari hasil kayak gitu padahal gak berkah...
tapi sudah lah...yang penting adalah diri kita pribadi...kalo dari tiap individu kita berusaha ikhlas dan jujur, anak turun kita pasti akan mengikuti jejak kita..

dan pungli itu bakal gak ada...se-7??
*****************************************
gambarnya keren tapi sereeeeeeeeeeeeeemm, lariiiiiiiiii***

wendra wijaya mengatakan...

@ Bunda Rie > Iya bunda..malah mgkin sebelum saya lahir ya, heheee
@ Jovie > Cepetan komennya!!! heheeee *maksa bgt kayaknya*
@ Eucalyptus > Betul.. semuanya kembali ke dalam diri masing-masing
@ Ebleh 182 > Kadang2 koq, wakakakakk *becanda..
@ Mike > Bisa aja bro.. karena sebenarnya uang itu masuk ke kantong pribadi mereka. Ak juga serng kena pungli dari tukang parkir nie heheee
@ Senja > Perbaiki diri sendiri aja yux
@ Gus > Semoga kang..
@ Kapanpun > Bener mas, mulai dari diri sendiri aja dgn menutup celah pungli itu. Setuju?
@ Masenchipz > Pernah kena juga ya mas, heheee
@ Madong > hati2 mas. Gak menutup kemungkinan bsok2 yg diminta lebih banyak, heheee..
@ Hellen > Setuju!
@ Panda > Benar tidak itu perkara yang sulit, heehee..

wendra wijaya mengatakan...

@ Jovie > Sory ketinggalan. Wah mantap mbak. memang semuanya berawal dari diri kita sendiri. Gambarnya dapat nyomot tuh..heheee...

Unknown mengatakan...

pungli..... good mas.. menjadi pembahasan yang manrik tentang masalah dinegara ini
pungli sepertinya akan berulang tahun lagi...
tapi yang keberapa... ya?
padahal kan pungli udah lama dirayakan di negara ini.... kita tanya saja ama sejarawan...
he..he.... tetap semangat terus

tyasjetra mengatakan...

pungli sekarang makin terang2an..
mungkin sekarang penilaian prestasi dari para pungli-er itu ya dari banyaknya duit yg dihasilkan dr kegiatan pungli itu..
malah udah banyak pungli berjamaah skg..

Anonim mengatakan...

Saya bingung apakah pungli ini budaya atau sebuah aturan yang dimainkan dibawah aturan, dimana2 ada pungli sampai di pasar loak pun ada pungli..benar2 bingung

Anonim mengatakan...

iya. gara-gara pungli, investor asing ngacir gak peduli ama indonesia. sebab hal itu membuat mahal biaya distribusi. makanya sebaiknya indonesia harus segera mempermak hal ini dengan serius agar investor asing melirik kembali indonesia yang sangat berpotensial ini..

Anonim mengatakan...

pungli udah jadi budaya..
mending pungli ini diberantas dengan JP (jatah preman)..
hiyaaa! sama aja yah..
sebenrnya aku sering minta JP ama temen2 deketku.. bisa berupa makanan, uang, rokok, dll.
jadi aku salah dong selama ini???
maaphkan saiyah teman2

Anonim mengatakan...

emang pungli harus diberantas.. tapi gmana ya..? bukannya sebagian masyarakat kita masih membutuhkan jasa mereka..? kan tau sendiri, bagaimana birokrasi saat ini di Indonesia.
yang mottonya "klo bisa lambat kenapa harus dipercepat"
jadi sebenarnya bukan pungli yang duluan dibenahi, tapi birokrasi di indonesia yang harus dirubah.

dee mengatakan...

pungli di mana2.. ga cuma di pelabuhan, di pasar ciputat juga ada oknum yg melakukan pungli.. supir angkot juga kena pungli.. ga ada pihak yg pengen memberantas pungli ya?

wendra wijaya mengatakan...

@ Haryanto > Mari ikut2an pungli..*lho..??? heheee..
@ Tyas > bener tuh.. kembali ke diri sendiri aja yux..
@ Enhal > Gak usah dibawa bingung bung. Yang penting kita gak ikut2an pungli aj.. bisa gak ya?? heheee..
@ Muni > Semoga..
@ Dee > keinginan sich pasti ada. tapi susah. yah, biasakan diri tidak melakukan pungli aja dech..
@ Ngatini > Iya, saya maafkan, heehee..
@ Benny > Justru oknum di birokrasi itu juga yg sering melakukan pungli..
@ Dee > Keinginan pasti ada, tapi susah.. sepertinya udah mendarah daging, hehee

Firdaus Ariefatosa mengatakan...

Kayanya harus ada divisi Pungli dari KPK. Biar di sentil satu2 yang pada praktek pungli..

Arjuna Valentino mengatakan...

setiap pos yang dibikin oleh aturan memang rawan terjadinya pungli,, terlebih itu lhoo..di setiap perempatan jalan protokol, hehe oknum jaga dengan pakaian mentereng, angker dan berwibawa dan konon posisinya sebagai yang paling punya hukum n' aturan, ternyata sering mungli juga.

Anehnya, apabila kita ngeliat di perempatan jalan seorang kenek mobil truck turun dan langsung nyetor ke pihak berwajib, kita kok diam seolah hal itu bagian dari prilaku hukum walaupun kita sering menggerutu saru,,weleh2 kalo ngak benini ya.. bukanlah Indonesia namanya...??hahahahaha

Anonim mengatakan...

Ehmmm ....

Mungkin aja karena gajinya yg masih kurang?

wendra wijaya mengatakan...

@ Firdaus > Hahaaa.. iya juga mas. wah, bakal saingan tuh ama koruptor..
@ Arjuna Valentino > Mantap. itu hanya salah satu contohnya. Kasihan bgt..!
@ rachordbilly > Mungkin aja. Tapi itu juga gak mnjamin gak pungli lho..

Anonim mengatakan...

bicara soal pungli, dimana-mana pastinya ada mas, mungkin karena sudah mendarah daging dari nenek moyang kali, hehehehe, tapi aku masih belum pernah nerima pungli lho mas, mau nerima gimana lha wong jabatan aja belum punya, hehehehe

Anonim mengatakan...

iya,semoga pungli bisa lambat laun hilang dari peredaran di Indonesia ni... kapan ya...

brainwashed mengatakan...

pungli susah dihilangkan, tapi bukan berarti ga bisa. susahnya karena (mungkin) sudah dianggap hal yg biasa, padahal secara ga sadar ada satu pihak yang dirugikan. nah menurut gw, cara untuk menghilangkan pungli adalah mempersempit ruang dengan berani tidak membayar setiap pungli, media jg dibutuhkan peranannya untuk memberitakan pungli supaya masyarakat sadar klo pungli itu ga bener.

FIRMAN BLOG'S mengatakan...

pungli emang adda di mana-mana tuh...gak cuma di jalan2 tapi orang-orang yang udah dibayar dar uang pajak kita masih tetep ngambilin pungli..
payah yah...
semoga pungli bisa dikurangi, kasihan rakyat miskin..
^_^

Anonim mengatakan...

pungli emang menganggu masyarkat .
untung blogger(blogspot) gak menarik pungli kekita ini.

Anonim mengatakan...

saya setuju bgt ama brainwashed. itu krn dianggap sudah biasa

Anonim mengatakan...

Berat bro untuk menghapus pungli karena sudah mengakar dan terjadi dari atas sampai bawah dari predien sampai ketua RT

I Ketut Riasmaja mengatakan...

Bila ada sebuah kalimat matematika yang bisa menggambarkan pelaku pungli dengan koruptor adalah : pelaku pungli equal dengan koruptor sama dengan tikus got.. perlu dibasmi sampai ke akarnya..

*btw gambarnya serem banget kang..*

Mama Beruang mengatakan...

susah mas..
sy yg mati2an menentang pungli, dibilang sok idealis!
sok taat hukum!
udah jd semacem pathologi sosial. jd penyakit. trus merambah jd disorganisasi sosial, negara ga bs ngatur dan melegalkan, mjd budaya, trus terbiasa..
so, what must we do?

Jatmiko Dwi Antoro mengatakan...

Benar akar budaya yang memang susah diberantas pungli itu,sudah membudaya,diperlukan suatu tindakan tegas dari yg berwenang

Posting Komentar

 
Wendra Wijaya

Buat Lencana Anda