Surat untuk Negeriku….

Lelaki itu melangkah. Pikirannya dibangun oleh kegetiran-kegetiran berbagai tragedi kemanusiaan. Ia terlalu biasa dengan mayat. Ia terlalu terbiasa dengan kematian. Ia terlalu terbiasa dengan berbagai tragedi kemanusiaan yang menyayat guratan demi guratan nasibnya.

Lelaki itu melangkah. Tubuhnya dibentuk oleh deru peluru yang menyatu darah, mengalir di rongga-rongga nadinya. Bukan merah! Tetapi hitam, legam, atau bahkan merupa wajah-wajah lusuh yang tercipta atas rasa cemas.

Lelaki itu tetap melangkah. Berusaha melawan semua kegetiran hidupnya. Mencoba menghempaskan penat dan ketidakadilan yang menimpanya. Ia (telah) dikalahkan berbagai dilema yang menyatu dalam tubuh Ibunya. Ia terasing, bahkan dari peluk Ibunya sendiri.

Ya, lelaki itu telah kalah. Kekalahan yang teramat sangat. Bahkan mungkin, kekalahan pertama yang diterimanya setelah berpuluh-puluh tahun menegakkan kepala dalam kemenangan yang gemilang.

Sementara disampingnya, desingan peluru masih saja menghujam Ibunya. Peluru itu bernama krisis ekonomi. Peluru itu bernama krisis pangan. Peluru itu bernama kemiskinan. Peluru itu bernama korupsi. Peluru itu bernama ketidakadilan. Peluru itu bernama tragedi. Peluru itu bernama….

Lelaki itu hanya bisa tersenyum kecut. Ia hanya mengelus dada melihat kelakuan saudara-saudaranya sendiri. Ia berpikir. Keningnya mengernyit. Ia menangis darah menyaksikan ibunya ditusuk permasalahan yang tiada berkesudahan. Oleh anak-anaknya sendiri!

63 tahun sudah Ibu, Engkau menanggung kegetiran atas perilaku anak-anakmu sendiri. 63 tahun sudah Ibu, tubuh tua-Mu hanya bisa menahan sakit atas berbagai kepedihan, tanpa mampu keluar dari lingkaran hitam yang menganga di pori-pori tubuhmu.

Tetapi Ibu, cobalah Engkau (tetap) tersenyum! Jagalah senyum itu untuk kami, anak cucu Ibu sendiri, meski hanya sekulum senyum kecut. Bagi kami, senyum itu bernama kekuatan. Bagi kami, Senyum itu bernama kebangkitan. Bagi kami, senyum itu bernama pengharapan. Harapan untuk tetap membuat-Mu mengada di dalam sebuah masa. Harapan untuk tetap mengadakan Ibu, yang bernama Indonesia.

Suatu ketika

Lihat Tulisan Lainnya:



33 komentar sahabat:

Anonim mengatakan...

wah...wahhh...kayanya klo ikut lomba dirumahnya bang andi bisa menang nie jack...ikutan sono...mumpung pikiran masih suegerrrrr...daftar aja....lumayan hadiahnya...itung2 promoin blognya juga..hehehe...sippp markosippppppppp...

Unknown mengatakan...

kegetiran ibu telah mengalahkan segala permasalahan... tapi anak cucu juga tak sanggup menerima amanahmu ibu....
kegetiran ibu...adalah semangatmu menopang anak cucu selama ini...
kegetiran ibu...menghilangkan rasa curiga tetangga negeri... karena ibu indonesia saat ini masih ada...

tyasjetra mengatakan...

waaaa... tajem wen..!
mantap..!
bikin gerem, bikin trenyuh..
bikin inget mamakuu.. huhuu..
umurnya samaaa..

Azwar mengatakan...

satu kata untuk saat ini MERDEKA sebuah kata yang tersusun dari 7 hurup namun membangkitkan semangat pejuang KEMERDEKAAN, pejuang KEBEBASAN, pejuang yang ingin bergolak.

telah enam puluh tiga tahun sudah semuanya berlalu untuk itu "JANGAN PERNAH LEPAS KAN SEMANGAT MERDEKA"

uNieQ mengatakan...

jadi merinding bacanya... cc merasa disentil...ikss...thx bro, dah buka mata cc..... thx bangeddd

MERDEKA

Anonim mengatakan...

Tapi wajah Ibu kelihatan lebih tua dari usia yang sebenarnya yach ...rambut Ibu sudah semakin gundul karena terserang penyakit ilegal logging yang justru ditularkan oleh anak kandungnya sendiri ....

laurencia mengatakan...

ayo anak2,udah tiba saatnya.. tuk jadi anak2 berbakti, dan ga jadi anak durhaka lagi

MERDEKA!!

namaku wendy mengatakan...

Merdeka!!! Let's do something untuk ibu kita tercinta biar selalu benar2 tersenyum kembali, benar2 tersenyum:)

Mike.... mengatakan...

jangan khawatir...

umur si ibu akan lebih lama dari 63 tahunn..

bahkan anak2nya akan mati lebih cepat..

merdeka juga..:)

ipam nugroho mengatakan...

ibu janganlah kau menangis di hari ini saat anak bangsa melepaskanmu dari belenggu 63 tahun yl, optimis dan tetap semangat ahwa kita bisa bangkit melawan kemungkaran..merdeka

Anonim mengatakan...

klo mo bikin ibu senyum ya jgn jgn bandel lagi ya!...he..he...

*kaburrrr*

Anonim mengatakan...

namanya juga ibu..
orang yang melahirkan dan membesarkan dengan tulus.
kadang anak harus pergi untuk cari jati diri.
namun anak harus segera pulang untuk berbenah.
karena rumah sekarang berantakan,
banyak debu dan ngengat di sudut setiap ruang.

"kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menerangi dunia.."

selamat hari jadi ibu.
semoga kali ini anakmu kembali pulang ke pelukanmu.

Anonim mengatakan...

agustus memang moment yang mengingatkan kita semua akan kemerdekaan. tp sudahkah bangsa ini merdeka secara hakiki !?!?

Gun mengatakan...

Bagus banget nih Wen..
Jadi terharu..bahasa tingkat tinggi nih..kuat banget..mantap..!!

oh iya..ada "Lomba" di Blog Bang Andi tuh..kemaren2 aku mau ngabarin kamu..pasti menang deh...

adinda andi anas mengatakan...

wew wew wendra..hebat!kalo gw ga bakal nyampe bikin kata2 kayak gini!mantap lah,

iya wen..semoga indonesia bakal tetap ada sampai kapanpun ya..mau ada cobaan apapun,smg indonesia tetap bertahan.huraaa!
hehehe

ebleh 182, Indonesia blogger mengatakan...

Wuih, nggak nyangka ya.. Bahasanya pujangga baget.. Buat INDONESIA, MERDEKA!!

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ mengatakan...

wuIhh NYEsz serasa kayak maeM eS kriM'...mantEp BnGtt Doozo..

KerEN kak WeN ~_^

Anonim mengatakan...

mungkin aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata.....mungkin aku tak kan bisa membahagiakan ibu pertiwi ( lha wong ngebahagiain diri sendiri aja sulit ke ke ke )

brainwashed mengatakan...

gw yakin suatu saat bangsa ini akan menjadi bangsa terkemuka (dalam hal positif), menjadi bangsa yang terhormat.

setiap penderitaan bangsa ini adalah cobaan dan tempaan. kehidupan selalu berputar, bila sekarang bangsa ini berada dibawah, berarti ada kesempatan untuk bisa berada diatas, klo kita semua mau belajar dan berusaha keluar dari penderitaan ini. yang penting bersatu dan optimis.. right or wrong, i love my country!! hidup NKRI!!hidup ibu pertiwi!!MERDEKA!!

anyway, nice post bro! gaya bahasanya juga bagus, keren :p tetap semangat ya! :D

Anonim mengatakan...

merdeka bukan hanya deklarasi berapi api yang dikumandangkan jutaan mulut manusia

merdeka adalah perasaan dan keyakinan, bahwa ketika kita menoleh kesamping dan belakang kita tak melihat ada darah dan air mata, tak ada kawan yang saling jegal, tak ada saudara yang saling tikam.Dan dengan sepenuh hati kita yakin bahwa 63 tahun sejak soekarno-hatta berdiri dibawah merah putih, kita akan mulai langkah baru.

langkah yang lebih mantap dan penuh semangat

mari kawan, sudahi pertikaian ini. sungguh, tak ada guna. MERDEKA!!!!



to wendra: i love your writing!tetap menulis ya :)

Anonim mengatakan...

pada akhirnya hanya berusaha memerdekakan diri sendiri, dan tidak merugikan orang lain. sudah ada terlalu banyak masalah di negeri ini.

Anonim mengatakan...

Merdeka...kerap dikatakan, ditulis, bahkan dikumandangkan. Dan, merdeka juga identik disandingkan dengan penjajahan.

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal. -taken from http://id.wikipedia.org/wiki/Pengakuan_kemerdekaan_Indonesia_oleh_Belanda-

Hmmm,,,uraian diatas nyambung ga sih? Yang pasti, kemerdekaan seperti apa yang diinginkan oleh kita sebagai Bangsa Indonesia? Cermati dari dalam diri..bulatkan tekad..lakukan. Karena, banyak orang lupa berbuat karena sibuk beretorika.

Semoga kita selalu diingatkan.

Anonim mengatakan...

Sudah saatnya anak-anak bangsa yang peduli akan ansib bangsa untuk berpikir lebih jernih dan teguh dari rongrongan bangsa luar..
Negeri ini terlalu kaya untuk dilelang pada negara yang ingin mengeruk kekayaan kita.

Anonim mengatakan...

Suatu ketika, mari berbuat untuk Indonesia.. ==> yeah..
tapi suatu ketikanya-nya itu kapan?
bagaimana kalo kita coba sekarang? :)

balidreamhome mengatakan...

Kulihat Ibu Pertiwi,
Sedang bersusah hati,
Air matanya berlinang,
Mas intan yang tergenang....

Lagu ini dulu seringkali aku nyanyikan waktu masih dibangku sekolah dasar, ternyta sampai sekarangpun setelah kau sendiri beranak - pinak, lagu ini masih tetap dan Ibu pertiwiku juga masih menangis!

Memang Ibuku ini termasuk Ibu yang sial, punya jutaan anak2 yang durhaka !

Arjuna Valentino mengatakan...

Kejadian mengerikan pernah terjadi baru2 ini, dimana seorang ibu tega meracuni anak2nya kemudian ibu itupun bunuh diri,,jadi?, sifat tajamnya peluru itu memang akan tetap menghantui proses kehidupan kita, krisis memang telah merusak sendi2 kehidupan dan menghancurkan se-gala2nya,

Saya sangat bersyukur dik wendra mampu memberikan harapan bagi negeri ini dengan menyelipkan bahasa cinta melalui ketokohan seorang anak yang mampu tegar menhadapi segalanya, dan mengambil bagiannya tetap berarti dan bermakna di dalamnya, saya yakin, bahwa kekuatan senyum seorang ibu akan mengalir tulus kepadamu.

Sekali lagi, bahkan mungkin seterusnya kami berharap kekuatan itu muncul dari goresan bahasa cinta yang anda tulis akan mampu merubah cerita kekejaman tanah air ini makin bermakna dalam perjuangan gaya hidup baru yakni "ketulusan".

Selamat ya wen...engkau telah mampu melimpahkan harapan di atas kegetiran bangsa ini, yang kerap mengandung permasalahan krisis panjang tiada berkesudahan...dan hanya ketulusan seorang ibu saja yang akan mampu meneduhkan panasnya desingan peluru itu menjadi dingin dan terkendali...bravo for you!!

I Ketut Riasmaja mengatakan...

*Ini komennya harus berbalas pantun yah..? Nggak kan?*

Dalem banget kang semangatnya.. keren..

I Ketut Riasmaja mengatakan...

*kang nambah ya...*

Jangan biarkan matamu redup..
Biarkan kami melihat cahanya matamu sebagai pegangan... sebuah kepercayaan bahwa kami, anak cucu ibu.. akan mampu menjunjung harkatmu kembali...

*itu ajah tambahannya.. he.he.he..*

Anonim mengatakan...

Ini ada tulisan bagus soal tersenyum, "Ajak Dunia Tersenyum (Free Download)"

Bagus, tidak ngeres, cari untung sendiri, dll.

Posting Komentar

 
Wendra Wijaya

Buat Lencana Anda