Amrozi Cs dieksekusi, Lalu…..

BARANGKALI ekseskusi trio bomber Bali, Amrozi, Mukhlas alias Ali Gufron dan Iman Samudra alias Abdul Azis telah menjadi sebuah momen yang ditunggu kebanyakan orang. Sebuah peristiwa besar yang telah lama dinantikan terutama oleh para korban Bom Bali I tahun 2002 silam. Karena sebelumnya, berbagai kesangsian tentang keberanian pemerintah dalam menegakkan hukum di negara ini cukup menjadi tanda tanya besar di masyarakat.

Barangkali ekseskusi trio bomber Bali, Amrozi, Mukhlas alias Ali Gufron dan Iman Samudra alias Abdul Azis telah menjadi sebuah momen yang ditunggu kebanyakan orang. Ya, hidup Amrozy Cs memang telah berakhir di ujung timah panas di Bukit Nirbaya —sebuah lembaga pemasyarakatan peninggalan Belanda yang telah ditutup sejak 1986. Kini tempat tersebut telah dijadikan tempat eksekusi bagi sejumlah terpidana mati— pada pukul 00.15 Wib dini hari tadi. Kini, mereka hanya tinggal nama, sekaligus menyisakan kegetiran di dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Lantas apa yang bisa kita renungkan atas perjalanan Amrozy Cs yang telah menjadi teroris sekaligus pejuang di dalam bangsa ini?

Tak dapat dipungkiri, Amrozi Cs telah menjadi seorang pejuang bagi para pendukungnya. Dan tentunya, ini tak lepas dari keteguhan dan heroisme “perjuangannya” (yang sayangnya memilih menggunakan gerakan Islam garis keras) di dalam menegakkan kesejatian Islam. Pejuang? Perjuangan? Ah, tiba-tiba saja saya menangkap sebuah kebenaran atas makna kata pejuang atau perjuangan itu sendiri. Tentunya, ini terlepas dari konteks benar dan salah atas apa yang mereka yakini. Ya, mereka meluluhlantakkan Bali enam tahun silam karena memperjuangkan apa yang diyakininya. Dan bagi saya, Bom Bali I itu hanyalah sebatas peristiwa kecil saja dari sebuah perjuangan yang mereka lakukan.

Di sinilah kita bisa melihat kebenaran atas kata perjuangan itu, meskipun ditunjukkan dengan sebuah kegetiran. Amrozi Cs telah mengajarkan kita (saya) tentang sebuah sikap dan tanggung jawab atas sesuatu hal yang diyakini. Mereka telah mengajarkan kita untuk tidak ragu sedikit pun di dalam memperjuangkan suatu “kebenaran”. Mereka telah mengajarkan kita bagaimana bangsa ini harus bangkit dan melawan setiap penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi di negeri ini.

Amrozi Cs telah dieksekusi, lalu….? Ya, kini kita hanya bisa mengambil hikmah atas “perjuangannya” mereka. Atau barangkali kita memang tengah membutuhkan revolusi? Tapi revolusi tanpa darah tentunya! Kita (saya) memang harus banyak belajar dari mereka.

Sebuah celotehan ngelantur

Lihat Tulisan Lainnya:



21 komentar sahabat:

Ge Siahaya mengatakan...

Yg pasti, sejak hari ini bisa ke mal lagi, hehehee...kemaren2 diperingatin jangan ke mal utk jaga2 karena ditengarai ada ancaman bom, juga dibeberapa rumah ibadah (^^,) Dan syukurlah, nelayan di Cilacap bisa melaut lagi.. Banyak untungnya... (^^,)

Anonim mengatakan...

hmm,
mungkin kematian amroji dkk bisa menjadi pemicu sebuah kebrutalan yang lebih sadis dikemudian hari oleh para pendukungnya. siapa yang tahu?
semoga aku salah

wendra wijaya mengatakan...

@ Gratcia > Yah, tergantung dari sudut pandang juga sich mbak..

@ Cerita Senja > Aku juga berpikiran sama. Semoga juga aku salah..

Anonim mengatakan...

setuju sama mbak senja... tapi moga-moga mereka sadar dan tidak "sesat" lagi :)

Kristina Dian Safitry mengatakan...

seharusnya kita ini memilih menangis apa tertawa atas kematian mereka ya?

Anonim mengatakan...

wah.. kalo saya biasa aja.. nggak nangis dan nggak ketawa.. yang penting tetap waspada..

Anonim mengatakan...

this moment ...
nothing can't be CHANGED
even they live
even they death
this situation has CHANGED everything is going to bad.

Ge Siahaya mengatakan...

Konon, pembalasan dan keganasan sudah menjadi tabiat teroris, apakah kita mau takut atau tidak mau takut.

Dan konon, ketika kita tercekam oleh rasa takut, maka tercapai dengan sempurnalah tujuan atau 'perjuangan' mereka, yaitu untuk mencengkeramkan rasa takut alias teror.

Jadi...pilihlah sudut pandang yg menurut Anda paling pas. (^_^)

Anonim mengatakan...

ini masalah sensitif, bawa-bawa agama soalnya. tetapi setidaknya, amrozi cs menegaskan ada dua tipe perjuangan dan pejuang di muka bumi. pejuang sesat, dan pejuang kebenaran. dan satu yang masih tak bisa dimengerti hingga kini, bagaimana dengan membunuh bisa masuk surga?

selebihnya, semoga keberhasilan mengeksekusi amrozi tak serta merta membuat pengadilan, polisi, serta perangkat hukum Indonesia bereuforia berlebihan. merasa telah meningkatkan derajat dan kadar hukum di negeri ini. padahal berapa sih jumlah teroris dibandingkan dengan pejabat yang korupsi?

Anonim mengatakan...

Masih menunggu reaksi berikutnya dari para pendukung Amrozi cs. Tetaplah waspada!!

Anonim mengatakan...

wah ternyata dibalik semua musibah yang terjadi 2002 silam mas wendra sudah bisa mengambil hikmah dari kejadian itu, salut saya malah baru dapat pencerahan disini, thanks mas....!!!!

stupid mengatakan...

ternyata mas bisa mngambil hikmah dari sisi lain tragedi yang terjadi 2002 silam, nice posting
ya semoga kedepannya Indonesia akan damai selalu

Anonim mengatakan...

melihat dari sudut mata
"bahkan mungkin saya nggak punya nyali, dan keyakinan sekuat mereka"

balidreamhome mengatakan...

awalnya bingung juga sih kenapa sampe nunggu 6 tahun, sempat juga terpikir bahwa pemerintah nunggu mereka kelihatan gemuk dan sehat dulu baru dieksekusi... dan eksekusi inipun sebenarnya tidak menyembuhkan apapun... cuma sebab akibat aja :-)

'peace'

Debrian Miller mengatakan...

wah terlambat ksh comentarna, uda ga seru neh krna amrozi uda dead...hehe

JoVie mengatakan...

aku gak tahu harus bilang apa, tapi saya setuju dengan kata2 wendra bahwa kita harus mengambil pelajaran dari peristiwa ini....

jujur aja aku sedih...:(

Anonim mengatakan...

saya sedih juga kenapa ada pejuang malah di hukum mati ya belum seberapa kesalahan mermka mungkin hanya sebagian orang yang di rugikan coba yang korupsi milyaran mereka hanya di hukum penjara saja sedangkan mereka merugikan seluruh bangsa indonesia

Posting Komentar

 
Wendra Wijaya

Buat Lencana Anda